Langsung ke konten utama

Setelah satu tahun

 Setelah satu tahun kita lost contact, banyak hal yang terjadi. Entah tentang karirku, jenis usahaku, ataupun tentangmu. Saat ini ketika aku menulis ini, rasanya sudah tidak sesakit dulu. Iya benar ini tentang setahun lalu, dimana kita yang beda pendapat dan akhirnya kamu yang memutuskan pergi tanpa kabar. Tidak mengapa, itu bukan sepenuhnya salahmu, tapi ini juga bukan salahku. Diantara kita memang tidak ada yang benar-benar salah, hanya saja kita yang berbeda. 

Tidak sedikit malam ketika hatiku merasa bersalah, atau mengutuk keegoisanku saat itu, Atau mungkin pengandaian ketika diriku berkata dapat lebih mementingkanmu dan bersabar, mungkin hal ini tak akan terjadi. Tapi, tidak mengapa banyak hal yang terjadi dan kita tidak akan tahu seperti apa dan bagaimana. 

Penting aku garis bawahi, ini bukan surat terbuka untukmu agar kamu kembali. Saya tahu, benar-benar tahu hal yang terjadi memang harus terjadi. Tidak mengapa, bukanya semuanya sudah diatur dan sangat tidak layak ketika aku yang notabene hanya seorang makluk Tuhan yang lemah dan bodoh mengandai hal yang telah dituliskan sang pencipta. Aku tak pernah tahu apa yang akan terjadi kedepan, tapi yang aku tahu pasti ini adalah hal terbaik yang ditakdirkan Tuhan. 

Pertanyaan yang sering muncul dalam benakku, bagaimana jika kamu kembali ? akankah aku menerimamu kembali. Dalam hati kecilku mengatakan tidak, bukan karena kamu menyakitiku, bukan itu. Mungkin lebih tepatnya memang tidak usah ada hal-hal yang akan berakhir dikeadaan yang sama. Bukanya itu yang terbaik, kamu menjauh dan aku tidak perlu untuk melihatmu kembali. Bukannya itu hal yang terbaik saat kamu pergi dan tidak usah menghubungiku kembali, bukannya itu yang terbaik. 

Kamu masih tetap seseorang yang ada dihatiku, konyol memang. Tidak mengapa, bukannya tidak mengapa menjadi bodoh karena sedikit cinta. Kamu tahu,  hal yang aku sukai darimu adalah hatimu yang tidak pernah bisa aku miliki, secara emosional hal-hal yang tidak bisa seseorang miliki akan menjadi hal-hal mewah dalam hati mereka. Dan hal mewah dalam hatiku mungkin itu kamu, seseorang yang mempermainkan dan hal mewah yang tidak akan aku miliki. 

Happy fun dude, 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Imtaq dan Iptak

IMTAQ DAN IPTAK Imtaq merupakan singkatan dari iman dan taqwa, sedangkan iptek adalah singkatan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Saya rasa padanan kata ini tidak asing lagi bagi kita. Iman dan taqwa bersumber dari hati sebagai bentuk hubungan positif manusia dengan Tuhannya. ’Imtaq pada diri seseorang menunjuk kepada integritas seseorang kepada Tuhannya Mantan Presiden RI, Bapak B. J. Habibie pernah berkata, “Sumber daya manusia yang mempunyai iman dan taqwa harus serentak menguasai, mendalami, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)," Kemudian beliau melanjutkan, "Seseorang tidak cukup beragama atau berbudaya saja, karena hanya akan menjadi orang yang baik. Sebaliknya, tidak cukup pula seseorang mendalami ilmu pengetahuan saja, karena hanya akan menjadikannya sosok yang menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan," katanya. Ingat bahwa kita adalah mahasiswa. Rangkaian kata yang selalu mengiringi kata mahasiswa adalah “the agent of change”. Kita

Berakhir

Saat aku menulis ini mataku sudah tidak sembab lagi, iya benar. Ini tentang kamu lagi, entah ditulisan keberapa aku mengatakan memang sebaiknya kamu tidak kembali.  Sebulan lalu aku mendengar kalau kamu akhirnya menikah dengan gadis itu, gadis yang membuatku sebenarnya merasa kalah. Benar-benar kalah, karena dia yang pada akhirnya memilikimu.  Dengan banyak drama, dan yaahh. . . aku bukan wanita yang tepat untukmu. Kali ini biarkan saja aku sedikit mengingat hal-hal kecil yang selalu membuatku teringat olehmu.  "Hari ini masak apa ?"  aku selalu merindukan kata-kata seperti ini sepeleh memang, tapi ada hal yang membuatku merasa kalau masakanku yang tidak jelas ada yang menanti.  Apa kamu ingat kotak tempat makan ungu yang aku isi bekal waktu itu. Aku ingat saat itu masih pagi, dan kamu berangkat kerja. Aku mengisi kotak makan itu dengan gorengan bandeng yang sudah keras. Entah apa yang aku pikirkan saat itu.  Atau, saat aku jatuh dan kamu mengobatiku sambil berjongkok. Aku me

Cerpen : Hujan

Hari itu seperti biasa, matahari masih terbit dari timur. Aku mengeluarkan sepedah ontel warisan keluargaku. Aku menuntunya  menuju halaman. Dari dalam masih terdengar ribut-ribut ayahku yang masih saja membuat  ibu sakit. Rasanya ingin aku plester saja mulutnya. Bila tak ingat itu ayahku satu-satunya atau mungkin ancaman neraka jahanan karna menjadi anak durhaka. Pagi ini seperti biasa, ibu menyuruhku cepat-capat  berangkat sekolah. Bukan karna aku akan terlambat masuk sekolah. Tak lain dan tak bukan agar tak mendengar omelan ayah padanya. Sungguh aku tak sanggup hidup dengan seorang ayah yang seperti itu. Kadang aku berharap ayahku terbawa oleh kapal bajak laut agar dia tak lagi membuat ibuku menangis. Namun kenapa Tuhan menakdirkan ibuku menikah dengan ayah. Pelet apa yang digunakan ayah sampai-sampai ibu betah dengannya. Kadang aku panjatkan do’a berharap ini semua hanya mimpi. Dan saat aku terbangun aku memiliki keluarga yang bahagia. Dengan seorang ayah yang tak p