Langsung ke konten utama

Cerpen : Dua bongkah es dalam hidupku


Aku tak pernah melihat kilatan cinta diantara mereka. Tapi sebuah kelembutan diantara mereka. Aku tak perna melihat mereka beromantis romantis ria ato apapun. Mereka tak pernah menunjukkan kehangatan. Mereka bagai dua bongkahan es yang dingin saat saling berhadapan. Mereka tak pernah mencair. Tapi saat salah satu diantara mereka terluka bongkahan es itu berubah menjadi kolam air hangat dan merubah semua. Tapi begitu hebat saat kita tersakiti, mereka berubah menjadi sebuah sarang yang penuh kehangatan. Bongkahan es itu entah kemana.

Mereka seperti sebuah komando. Mereka akan kompak dengan sendirinya. Mereka egois, namun mereka dapat saling megalah tapa komando. Mereka seorang militer sejati. Mereka berperang untuk kita. Mereka berjuang untuk kita. Mereka mempertahankan kita.

Mereka adalah seorang guru hidup yang tak akan pernah mati. Untuk saat ini dan kapan pun. Guru yang tak pernah memberi perintah gampang. Mereka tak akan membiarkan kita bodoh diantara kepintaran dunia. Semakin keras dunia mendidik kita, mereka akan 1000 kali lipat lebih ganas mendidik kita. Mereka guru yang tak perlu setifikasi untuk mendidik kita. Mereka tak segan menghukum kita saat kita salah. Karna mereka tak mau kita jadi orang bodoh diantara kepintaran orang-orang lain. Mereka tak mengajarkan tentang fisika, kimia ato pun biologi. Mereka tak sebat einstein, newton, ato ilmuan hebat siapa pun. Mereka tak butuh hukum fluida dinamis untuk melarang kita dekat-dekat kereta api ato pun melarang kita bersebedah rampak.
Mereka tak perlu menggunkan hukum apa pun utuk membuat kita jauh dari bahaya.
Mereka adalah guru kehidupan yang sangat luar biasa.

ATM berjalan untuk kita adalah mereka. Tunjukkan saja kode pin kita. Dan hebatnya mereka akan mengeluarkan uang yang apa bila dihitung tak akan pernah dapat kita bayangkan banyaknya. Tapi kadang juga kita dapat syanyian dari sang sepoter sejati kita. Walau pun akhirnya uang terbang kekita juga. Mereka memberi apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Buatku mereka adalah Tuhan kedua. Namun kadang kita dapat melihat, tatapan kekecewaan yang sangat luar biasa saat kita meminta sesuatu dan mereka tak dapat memenuhi. Untuk tatapan itu tak dapat aku bayangkan betapa anehnya relungku. Membuat mataku panas, dan akhirnya aku menyerah. Aku akan memeluknya, dan menciumnya.

Mereka itu. . ..
Bagai bunga teratai yang menunjukkan kebijakan
Mereka itu . . .
Seperti awan. .
Dan mereka adalah nyawa untukku.

Mereka tak pernah menjukkan cinta mereka, tapi mereka menunjukkan kasisayang. Mereka tak pernah ingin memiliki kita, mereka tak pernah ingin kita terluka. Mereka hanya ingin kita bahagia. Mereka adalah makhluk Tuhan yang paling hebat. . .

Kita adalah cerminan mereka. Jadi apa yang dilakukan mereka itu yang kita lakukan. Mereka tak sayang kita itu yang kita lakukan. Mereka rela mengorbankan nyawa untuk kita kita pun juga akan rela. Mereka sayang dengan kita, kita tak sayang dengan mereka itu bererti kita durhaka. Mereka tak sayang kita itu nggak mungki. Karna mereka yang bawa kita kedunia. Sejahat apaun mereka mereka adalah orang yang akan rela mati untuk kita.. mereka adalah oarang tua kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Imtaq dan Iptak

IMTAQ DAN IPTAK Imtaq merupakan singkatan dari iman dan taqwa, sedangkan iptek adalah singkatan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Saya rasa padanan kata ini tidak asing lagi bagi kita. Iman dan taqwa bersumber dari hati sebagai bentuk hubungan positif manusia dengan Tuhannya. ’Imtaq pada diri seseorang menunjuk kepada integritas seseorang kepada Tuhannya Mantan Presiden RI, Bapak B. J. Habibie pernah berkata, “Sumber daya manusia yang mempunyai iman dan taqwa harus serentak menguasai, mendalami, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)," Kemudian beliau melanjutkan, "Seseorang tidak cukup beragama atau berbudaya saja, karena hanya akan menjadi orang yang baik. Sebaliknya, tidak cukup pula seseorang mendalami ilmu pengetahuan saja, karena hanya akan menjadikannya sosok yang menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan," katanya. Ingat bahwa kita adalah mahasiswa. Rangkaian kata yang selalu mengiringi kata mahasiswa adalah “the agent of change”. Kita

Berakhir

Saat aku menulis ini mataku sudah tidak sembab lagi, iya benar. Ini tentang kamu lagi, entah ditulisan keberapa aku mengatakan memang sebaiknya kamu tidak kembali.  Sebulan lalu aku mendengar kalau kamu akhirnya menikah dengan gadis itu, gadis yang membuatku sebenarnya merasa kalah. Benar-benar kalah, karena dia yang pada akhirnya memilikimu.  Dengan banyak drama, dan yaahh. . . aku bukan wanita yang tepat untukmu. Kali ini biarkan saja aku sedikit mengingat hal-hal kecil yang selalu membuatku teringat olehmu.  "Hari ini masak apa ?"  aku selalu merindukan kata-kata seperti ini sepeleh memang, tapi ada hal yang membuatku merasa kalau masakanku yang tidak jelas ada yang menanti.  Apa kamu ingat kotak tempat makan ungu yang aku isi bekal waktu itu. Aku ingat saat itu masih pagi, dan kamu berangkat kerja. Aku mengisi kotak makan itu dengan gorengan bandeng yang sudah keras. Entah apa yang aku pikirkan saat itu.  Atau, saat aku jatuh dan kamu mengobatiku sambil berjongkok. Aku me

Cerpen : Hujan

Hari itu seperti biasa, matahari masih terbit dari timur. Aku mengeluarkan sepedah ontel warisan keluargaku. Aku menuntunya  menuju halaman. Dari dalam masih terdengar ribut-ribut ayahku yang masih saja membuat  ibu sakit. Rasanya ingin aku plester saja mulutnya. Bila tak ingat itu ayahku satu-satunya atau mungkin ancaman neraka jahanan karna menjadi anak durhaka. Pagi ini seperti biasa, ibu menyuruhku cepat-capat  berangkat sekolah. Bukan karna aku akan terlambat masuk sekolah. Tak lain dan tak bukan agar tak mendengar omelan ayah padanya. Sungguh aku tak sanggup hidup dengan seorang ayah yang seperti itu. Kadang aku berharap ayahku terbawa oleh kapal bajak laut agar dia tak lagi membuat ibuku menangis. Namun kenapa Tuhan menakdirkan ibuku menikah dengan ayah. Pelet apa yang digunakan ayah sampai-sampai ibu betah dengannya. Kadang aku panjatkan do’a berharap ini semua hanya mimpi. Dan saat aku terbangun aku memiliki keluarga yang bahagia. Dengan seorang ayah yang tak p