Langsung ke konten utama

Cerpen : Tectona grandis



Hari ini aku menelusuri jejak-jejakku diantara pohon-pohon rindang yang menjulang, melihat awan dengan mendung putih bergulung diangkasa. Aku terduduk diantara batang pohon yang tumbang, menerawang jauh entah tak terbatas.

Kembali tinggi mengingat masa silam, terduduk disamping rel kereta. Mungkin ini yang dinamakan tak searah. Mungkin juga ini yang dimanakan sebuah asa yang terlupa.

“andi” panggilku dalam hati,
Dia menoleh, ajaib bukan. Aku tersenyum sinis padanya. Balasnya pun tak beda jauh denganku. Aku berjalan melewatinya. “Apa-apaan ini?” katanya lirih.
“Senakmu memanggilku dan tak mengatakan apa-apa?’
Aku tersenyum, “Idih GR, siapa juga yang memanggilmu. Apa kamu mendengar suaraku memanggilmu?”
Dia terdiam, rasakan pembalasanku. Kamu fikir aku tidak bisa membalasmu.

Ya.. ini sedikit aneh. Tampa bicara pun aku dapat mendengar apa yang dia katakan sebaliknya dia pun dapat mendengar apa yang aku katakan.

Aku tak tau apa dia memiliki telepati, atau dia hanya menebak? Entahlah. Yang pasti aku kurang suka dengannya. Aku pun mulai binggung , sejak kapan saya dapat berbicara batin dengannya, jujur saja kalau aku hanya iseng menebak.

“Bulan depan aku menikah?” kata andi
Aku menoleh padanya, aku merasakan ada sedikit hal yang membuatku sakit. Tapi, kenapa?.
“Jangan melihatku seperti itu ! aku pun kaget dengan ini”
Apa maksudmu?
“Kamu fikir aku bodoh, tak dapat mengerti setiap tatapan matamu padaku?”
Aku tercekat,
Dia memegang kedua pundakku, matanya tajam memandangku. Aku mulai merunduk. Entah aku tak pernah berani menatap matanya.  
“Aku sayang denganmu” aku mendengar itu dalam nafasnya.
Aku menangis, kenapa aku ini. kenapa aku menangis. Tolong jangan bertindak bodoh seperti ini.

Dia melepasku, dan berjalan meninggalkanku. Aku hanya melihat punggungnya yang menjauh.

Aku menghela nafas panjang, menelan bulir-bulir air mata yang jatuh. Bodoh ! kenapa aku ini?. Rasanya baru kemarin aku bertengkar dengannya dan rasanya baru kemarin aku ditinggalkannya.

Aku berjalan menembus pohon-pohon dan melewati tanaman liar berukar, berterbangan hewan-hewan kecil tak terarah. Seperti aku ini, manusia tak bertujuan pergi kesini. SENDIRI. Apa yang sedang aku cari?.

Hari itu takbir bergemuru diatar toa setiap musolah dan masjid. Bibirku terhanyut mengikuti takbir itu. Seperti apa kabar manusia resek itu?. Beberapa saat HPku berbunyi

Resek
19:57

Aku baik J

Aku tercekat lagi, itu SMS dari Andi. Belum sempat aku membalasnya smsnya datang lagi.

Apa kamu lupa, kita punya telepati? HAHAHAHA :D

Aku tersenyum, dasar resek.

Jangan tersenyum ! senyummu jelek :D

Apa-apaan ini... dasar ! aku mulai dongkol dengannya. Namun tak dapat aku pungkiri aku, Rindu dengannya.

Aku juga rindu denganmu :*

aku tersenyum, itu hal konyol dalam hidupku. Dasar orang GILA. Itu sudah berlalu dan masi saja aku mengingatnya. Bodoh !

Aku berjalan lagi menembus ilalang setinggi sedada. Menyibaknya dan membuat semua benang sarinya terlepas. Tertiup angin diantar pohon cemara yang bernyanyi.
Aku mulai lelah.

Suara petasan berbunyi, ya.. itu ritual pengiring selah kita pulang solat idul fitri. Riuh, teriakan anak kecil. Dan orang sibuk berjabat tangan dengan sesama muslimnya. berbondong pulang untuk berjabat tangan dengan orang kerabat terdekatnya. Tak luput aku pun melakukan tradisi sungkem kepada orang tuaku. Rumahku sepi, wajar saja tinggal aku sendiri yang belum berkeluarga disini. Kakaku sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak laki-laki yang lucu. Dan tentu saja dia berada dirumah mertuanya, dan tentunya sebertar lagi akan kesini.

Aku terduduk sungkem dihadapan papaku, banyak do’a yang terucap dari mulutnya. Aku baru benar-benar sadar bahwa aku sekarang sudah dewasa dengan pekerjaan yang mapan dan umur papaku ini sudah menua, garis-garis keriput menutupi ketampanannya yang dulu terpancar.

Aku beralih ke mamaku, tak ubahnya do’a ibu pada anaknya. Yang sedikit mencekatku do’anya yang terahir. Semoga aku cepat mendapat jodoh. Entah kenapa aku mengingat andi. Kenapa harus dia yang aku ingat. Semua ritual ini selesai.

Aku membuka pintu, dan apa yang saya lihat. Andi? Apa benar itu kamu? Aku mulai binggung. Tidak mungkin, dalam benakku aku mengingkari itu.

“Apa kabar?” katanya dengan santai “Apa aku boleh masuk?”
Aku masi terdiam, itu Andi? Aku mengijinkannya masuk.
“Jangan menatapku seperti itu! aku benar-benar andi”
Aku mulai tersadar, hanya dia yang sok tau membaca fikiranku.

“Would you to be mine? Aku ingin menikah denganmu!”
 Dia mengeluarkan cincin dari sakunya. “Aku sadar, kita berbeda. Aku tau kamu muslim dan aku nasrani. Ini seperti cerita cinta di filem-filem yang sering kamu tonton. Tapi, tolong ini bukan cerita yang akan membuatmu tertawa. Kali ini aku tidak bercanda seperti biasa. Aku ingin mengucap janji
Dengan tangan ini aku akan mengangkat seluruh dukamu.
Cangkirmu tidak akan kosong, karna aku akan menjadi anggurmu.
Dengan lilin ini aku akan menerangi kegelapanmu.
Dan dengan cincin ini aku memintamu menjadi milikku.”

Aku tak dapat berkata apa-apa. Aku tau ini hanya sia-sia, kamu selalu yakin dengan ayat Al-Qur’anmu yang mengatakan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik dan sebaliknya. Tapi, apa kah aku tak cukup baik untukmu.

Aku terdiam, aku tak tau harus berbicara apa. dia memasukkan cincin itu ke sakunya.
“Aku mengerti tatapan itu.”

Hening, “Bodoh, apa yang aku lakukan? Setidaknya aku pernah mencoba memintamu untuk menjadi istriku. Ya... walau pun aku tau jawaban ini yang akan aku dapat darimu. Aku tau cita-citamu ingin memiliki seorang imam dalam keluargamu. Dan aku tau setiap tatapan matamu ke aku. Aku tau semua itu.”

Jika aku tak dapat denganmu, maka juga tidak chin. Kamu tau, aku menyanyangimu karna kebaikan dan ketaantanmu pada Tuhan. Aku tak dapat memaksamu untuk itu, dan aku pun tak dapat keluar dari ini. memungkiri perasaanku padamu dan membuatmu seperti ini. seandainya ini semua tak terjadi.

Aku bersujud, kamu berlutut . Doa kita sedang berada dilintasan. Jika tidak bertemu, terimakasi sudah pernah menyebut namaku.

Dia berdiri,

“Andi.. aku !” aku mulai goyah dengan ini semua. Aku mulai kalut, aku tak tau, aku benar-banar tak tau.bagai mana ini akan terjadi. Apa aku harus memungkiri aku juga menyayanginya, dan meninggalkan Tuhanku. Aku tak tau. Aku ingin bersamanya, aku tak dapat mengerti ini.

“Siapa ?” tanya mamaku dari dalam
Dia melihat andi, tatapan itu membuatku sadar. Seperti air Es mengguyurku dalam tidur.
“Andi, tante” dia menyalami mamaku.
Aku merangkul mamaku, aku tak bisa meninggal ini semua. Andi maafkan aku. Mamaku sedikit aneh melihat tingkahku ini. andi berpamitan. Dan semuanya berakhir.

Mungkin aku bukan seorang gadis dari keluarga agamis, atau pun memiliki basic agama yang kental. Aku hanya seorang muslim yang berusaha menaati aturan agamaku dengan sebaiknya.

Jika kau bertanya apa aku menyesal,? Jujur aku tidak menyesal, untuk menjadi muslim dan melepas cintaku. Tapi entah hingga saat ini, aku tak dapat mengerti semua ini.
Hujan itu lagu pengirim ritual mengingatmu. Harusnya aku membawamu kemana pun aku pergi, bukan meninggalkanmu dalam kepalaku.
Aku melihatnya Tectona grandis, pohon jati menjulan tinggi dengan kokohnya. Seharusnya kamu seperti ini andi seperti namamu Tectona grandis sekuat pohon jati. Tak mengakhiri hidupmu dengan menabrakkan diri, dengan umur panjang dan sekarang dapat menjulang tinggi seperti pohon jati ini.
Aku melihat jatuhnya biji pohon jati. Berusaha menumbuhkan anak-anak pohon yang sekuat induknya. Andi jika kamu dapat merasakan, hingga saat ini saya masi merindukanmu.
Tectona grandis ini bergoyang seakan menjawab rinduku padanya.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Imtaq dan Iptak

IMTAQ DAN IPTAK Imtaq merupakan singkatan dari iman dan taqwa, sedangkan iptek adalah singkatan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Saya rasa padanan kata ini tidak asing lagi bagi kita. Iman dan taqwa bersumber dari hati sebagai bentuk hubungan positif manusia dengan Tuhannya. ’Imtaq pada diri seseorang menunjuk kepada integritas seseorang kepada Tuhannya Mantan Presiden RI, Bapak B. J. Habibie pernah berkata, “Sumber daya manusia yang mempunyai iman dan taqwa harus serentak menguasai, mendalami, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)," Kemudian beliau melanjutkan, "Seseorang tidak cukup beragama atau berbudaya saja, karena hanya akan menjadi orang yang baik. Sebaliknya, tidak cukup pula seseorang mendalami ilmu pengetahuan saja, karena hanya akan menjadikannya sosok yang menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan," katanya. Ingat bahwa kita adalah mahasiswa. Rangkaian kata yang selalu mengiringi kata mahasiswa adalah “the agent of change”. Kita

Berakhir

Saat aku menulis ini mataku sudah tidak sembab lagi, iya benar. Ini tentang kamu lagi, entah ditulisan keberapa aku mengatakan memang sebaiknya kamu tidak kembali.  Sebulan lalu aku mendengar kalau kamu akhirnya menikah dengan gadis itu, gadis yang membuatku sebenarnya merasa kalah. Benar-benar kalah, karena dia yang pada akhirnya memilikimu.  Dengan banyak drama, dan yaahh. . . aku bukan wanita yang tepat untukmu. Kali ini biarkan saja aku sedikit mengingat hal-hal kecil yang selalu membuatku teringat olehmu.  "Hari ini masak apa ?"  aku selalu merindukan kata-kata seperti ini sepeleh memang, tapi ada hal yang membuatku merasa kalau masakanku yang tidak jelas ada yang menanti.  Apa kamu ingat kotak tempat makan ungu yang aku isi bekal waktu itu. Aku ingat saat itu masih pagi, dan kamu berangkat kerja. Aku mengisi kotak makan itu dengan gorengan bandeng yang sudah keras. Entah apa yang aku pikirkan saat itu.  Atau, saat aku jatuh dan kamu mengobatiku sambil berjongkok. Aku me

Cerpen : Hujan

Hari itu seperti biasa, matahari masih terbit dari timur. Aku mengeluarkan sepedah ontel warisan keluargaku. Aku menuntunya  menuju halaman. Dari dalam masih terdengar ribut-ribut ayahku yang masih saja membuat  ibu sakit. Rasanya ingin aku plester saja mulutnya. Bila tak ingat itu ayahku satu-satunya atau mungkin ancaman neraka jahanan karna menjadi anak durhaka. Pagi ini seperti biasa, ibu menyuruhku cepat-capat  berangkat sekolah. Bukan karna aku akan terlambat masuk sekolah. Tak lain dan tak bukan agar tak mendengar omelan ayah padanya. Sungguh aku tak sanggup hidup dengan seorang ayah yang seperti itu. Kadang aku berharap ayahku terbawa oleh kapal bajak laut agar dia tak lagi membuat ibuku menangis. Namun kenapa Tuhan menakdirkan ibuku menikah dengan ayah. Pelet apa yang digunakan ayah sampai-sampai ibu betah dengannya. Kadang aku panjatkan do’a berharap ini semua hanya mimpi. Dan saat aku terbangun aku memiliki keluarga yang bahagia. Dengan seorang ayah yang tak p