Hari ini aku
menelusuri jejak-jejakku diantara pohon-pohon rindang yang menjulang, melihat
awan dengan mendung putih bergulung diangkasa. Aku terduduk diantara batang
pohon yang tumbang, menerawang jauh entah tak terbatas.
Kembali tinggi
mengingat masa silam, terduduk disamping rel kereta. Mungkin ini yang dinamakan
tak searah. Mungkin juga ini yang dimanakan sebuah asa yang terlupa.
“andi” panggilku dalam
hati,
Dia menoleh, ajaib
bukan. Aku tersenyum sinis padanya. Balasnya pun tak beda jauh denganku. Aku
berjalan melewatinya. “Apa-apaan ini?” katanya lirih.
“Senakmu memanggilku dan
tak mengatakan apa-apa?’
Aku tersenyum, “Idih
GR, siapa juga yang memanggilmu. Apa kamu mendengar suaraku memanggilmu?”
Dia terdiam, rasakan
pembalasanku. Kamu fikir aku tidak bisa membalasmu.
Ya.. ini sedikit aneh.
Tampa bicara pun aku dapat mendengar apa yang dia katakan sebaliknya dia pun
dapat mendengar apa yang aku katakan.
Aku tak tau apa dia
memiliki telepati, atau dia hanya menebak? Entahlah. Yang pasti aku kurang suka
dengannya. Aku pun mulai binggung , sejak kapan saya dapat berbicara batin
dengannya, jujur saja kalau aku hanya iseng menebak.
“Bulan depan aku
menikah?” kata andi
Aku menoleh padanya,
aku merasakan ada sedikit hal yang membuatku sakit. Tapi, kenapa?.
“Jangan melihatku
seperti itu ! aku pun kaget dengan ini”
Apa maksudmu?
“Kamu fikir aku bodoh,
tak dapat mengerti setiap tatapan matamu padaku?”
Aku tercekat,
Dia memegang kedua
pundakku, matanya tajam memandangku. Aku mulai merunduk. Entah aku tak pernah
berani menatap matanya.
“Aku sayang denganmu”
aku mendengar itu dalam nafasnya.
Aku menangis, kenapa
aku ini. kenapa aku menangis. Tolong jangan bertindak bodoh seperti ini.
Dia melepasku, dan
berjalan meninggalkanku. Aku hanya melihat punggungnya yang menjauh.
Aku menghela nafas
panjang, menelan bulir-bulir air mata yang jatuh. Bodoh ! kenapa aku ini?.
Rasanya baru kemarin aku bertengkar dengannya dan rasanya baru kemarin aku
ditinggalkannya.
Aku berjalan menembus
pohon-pohon dan melewati tanaman liar berukar, berterbangan hewan-hewan kecil
tak terarah. Seperti aku ini, manusia tak bertujuan pergi kesini. SENDIRI. Apa
yang sedang aku cari?.
Hari itu takbir
bergemuru diatar toa setiap musolah dan masjid. Bibirku terhanyut mengikuti
takbir itu. Seperti apa kabar manusia resek itu?. Beberapa saat HPku berbunyi
Resek
19:57
Aku baik J
Aku tercekat lagi, itu
SMS dari Andi. Belum sempat aku membalasnya smsnya datang lagi.
Apa kamu lupa, kita punya telepati? HAHAHAHA :D
Aku tersenyum, dasar
resek.
Jangan tersenyum ! senyummu jelek :D
Apa-apaan ini... dasar
! aku mulai dongkol dengannya. Namun tak dapat aku pungkiri aku, Rindu
dengannya.
Aku juga rindu denganmu :*
aku tersenyum, itu hal
konyol dalam hidupku. Dasar orang GILA. Itu sudah berlalu dan masi saja aku
mengingatnya. Bodoh !
Aku berjalan lagi
menembus ilalang setinggi sedada. Menyibaknya dan membuat semua benang sarinya
terlepas. Tertiup angin diantar pohon cemara yang bernyanyi.
Aku mulai lelah.
Suara petasan berbunyi,
ya.. itu ritual pengiring selah kita pulang solat idul fitri. Riuh, teriakan
anak kecil. Dan orang sibuk berjabat tangan dengan sesama muslimnya. berbondong
pulang untuk berjabat tangan dengan orang kerabat terdekatnya. Tak luput aku
pun melakukan tradisi sungkem kepada
orang tuaku. Rumahku sepi, wajar saja tinggal aku sendiri yang belum
berkeluarga disini. Kakaku sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak
laki-laki yang lucu. Dan tentu saja dia berada dirumah mertuanya, dan tentunya sebertar
lagi akan kesini.
Aku terduduk sungkem
dihadapan papaku, banyak do’a yang terucap dari mulutnya. Aku baru benar-benar
sadar bahwa aku sekarang sudah dewasa dengan pekerjaan yang mapan dan umur
papaku ini sudah menua, garis-garis keriput menutupi ketampanannya yang dulu
terpancar.
Aku beralih ke mamaku,
tak ubahnya do’a ibu pada anaknya. Yang sedikit mencekatku do’anya yang
terahir. Semoga aku cepat mendapat jodoh. Entah kenapa aku mengingat andi.
Kenapa harus dia yang aku ingat. Semua ritual ini selesai.
Aku membuka pintu, dan
apa yang saya lihat. Andi? Apa benar itu kamu? Aku mulai binggung. Tidak
mungkin, dalam benakku aku mengingkari itu.
“Apa kabar?” katanya
dengan santai “Apa aku boleh masuk?”
Aku masi terdiam, itu
Andi? Aku mengijinkannya masuk.
“Jangan menatapku
seperti itu! aku benar-benar andi”
Aku mulai tersadar,
hanya dia yang sok tau membaca fikiranku.
“Would you to be mine?
Aku ingin menikah denganmu!”
Dia mengeluarkan cincin dari sakunya. “Aku
sadar, kita berbeda. Aku tau kamu muslim dan aku nasrani. Ini seperti cerita
cinta di filem-filem yang sering kamu tonton. Tapi, tolong ini bukan cerita
yang akan membuatmu tertawa. Kali ini aku tidak bercanda seperti biasa. Aku
ingin mengucap janji
Dengan tangan ini aku akan mengangkat seluruh dukamu.
Cangkirmu tidak akan kosong, karna aku akan menjadi anggurmu.
Dengan lilin ini aku akan menerangi kegelapanmu.
Dan dengan cincin ini aku memintamu menjadi milikku.”
Aku tak dapat berkata
apa-apa. Aku tau ini hanya sia-sia, kamu selalu yakin dengan ayat Al-Qur’anmu
yang mengatakan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik dan sebaliknya.
Tapi, apa kah aku tak cukup baik untukmu.
Aku terdiam, aku tak
tau harus berbicara apa. dia memasukkan cincin itu ke sakunya.
“Aku mengerti tatapan
itu.”
Hening, “Bodoh, apa yang
aku lakukan? Setidaknya aku pernah mencoba memintamu untuk menjadi istriku.
Ya... walau pun aku tau jawaban ini yang akan aku dapat darimu. Aku tau
cita-citamu ingin memiliki seorang imam dalam keluargamu. Dan aku tau setiap
tatapan matamu ke aku. Aku tau semua itu.”
Jika aku tak dapat
denganmu, maka juga tidak chin. Kamu tau, aku menyanyangimu karna kebaikan dan
ketaantanmu pada Tuhan. Aku tak dapat memaksamu untuk itu, dan aku pun tak
dapat keluar dari ini. memungkiri perasaanku padamu dan membuatmu seperti ini.
seandainya ini semua tak terjadi.
Aku bersujud, kamu
berlutut . Doa kita sedang berada dilintasan. Jika tidak bertemu, terimakasi
sudah pernah menyebut namaku.
Dia berdiri,
“Andi.. aku !” aku
mulai goyah dengan ini semua. Aku mulai kalut, aku tak tau, aku benar-banar tak
tau.bagai mana ini akan terjadi. Apa aku harus memungkiri aku juga
menyayanginya, dan meninggalkan Tuhanku. Aku tak tau. Aku ingin bersamanya, aku
tak dapat mengerti ini.
“Siapa ?” tanya mamaku
dari dalam
Dia melihat andi, tatapan
itu membuatku sadar. Seperti air Es mengguyurku dalam tidur.
“Andi, tante” dia
menyalami mamaku.
Aku merangkul mamaku,
aku tak bisa meninggal ini semua. Andi maafkan aku. Mamaku sedikit aneh melihat
tingkahku ini. andi berpamitan. Dan semuanya berakhir.
Mungkin aku bukan
seorang gadis dari keluarga agamis, atau pun memiliki basic agama yang kental.
Aku hanya seorang muslim yang berusaha menaati aturan agamaku dengan sebaiknya.
Jika kau bertanya apa
aku menyesal,? Jujur aku tidak menyesal, untuk menjadi muslim dan melepas
cintaku. Tapi entah hingga saat ini, aku tak dapat mengerti semua ini.
Hujan itu lagu
pengirim ritual mengingatmu. Harusnya aku membawamu kemana pun aku pergi, bukan
meninggalkanmu dalam kepalaku.
Aku melihatnya Tectona
grandis, pohon jati menjulan tinggi dengan kokohnya. Seharusnya kamu seperti
ini andi seperti namamu Tectona grandis sekuat pohon jati. Tak mengakhiri
hidupmu dengan menabrakkan diri, dengan umur panjang dan sekarang dapat
menjulang tinggi seperti pohon jati ini.
Aku melihat jatuhnya
biji pohon jati. Berusaha menumbuhkan anak-anak pohon yang sekuat induknya.
Andi jika kamu dapat merasakan, hingga saat ini saya masi merindukanmu.
Tectona grandis ini
bergoyang seakan menjawab rinduku padanya.
Komentar
Posting Komentar