MANUSIA SETENGA DEWA
Malam belum seutuhnya menunjukkan karismanya. Didalam sebuah
kamar kecil dengan berbagai macam poster cowok keren ala corea terpampang rapi
didindingnya. Sebuah kamar yang dapat dinilai sangat rapi untuk ukuran seorang
cowok. Disana hanya berisi kasur tua yang tergeletak dilantai dengan sebuah
bantal yang diatasnya tertindih dengan selimut kumal. Disampingnya terdapat Meja
kecil dengan cermin yang tak utuh. Meja
itu dibuatnya jadi meja rias, dengan macam-macam pernik cewek tertata rapi dimeja.Mulai
dari bedak karunggan, lipstick, farfum
murahan dan macam-macam bendah aneh yang tak mungkin disebutkan satu persatu.
Seorang cowok duduk didepan cermin retak itu.
Namun seorang yang sekarang dapat kita juluki setengah dewa,
sudah bersiap-siap mengubah wujudnya menjadi orang lain. Mungkin lebih tepatnya
makhluk lain.Semakin tebal polesan bedak karunggan
yang dia gunakan. Rambut pendeknya kini berubah menjadi panjang menutupi
punggungnya. Rambut itu hitam berkilau bagai iklan shampo DOVE yang sering kita
lihat di TV. Lipstick merah muda dengan pelan terukir dibibirnya.
Semuanya berubah 180 ̊ dari dirinya. Bajunya kini berubah
jadi lebih sexy, menunjukkan lekuk tubuhnya yang dapat dibilang krempeng. Roknya pendek melihatkan betis
yang seharusnya ditumbuhi bulu-bulu keriting ala cowok. Namun semua itu telah
dibabat habis olenya sejak pagi tadi. Dia berangkat memakai jaket, dan
mengenakan sandal higt hills 10cm. Jalannya tak terlihat seperti baru belajar
menggunakan sepatu itu. Gerakannya lincah, dengan sedikit lekukan manja dia
melihat dirinya di cermin.
Dia meninggalkan kamar ini.
Dia berjalan pelan meninggalkan perkampungan kumuh yang saat
pagi menjelang menjadikannya pasar. Dia tak perduli apa yang orang lihat
padanya. Yang paling penting baginya, “Aku bahagia” . Di ujung gang dilihatnya
seorang cowok duduk diatas sepedah motor Satria sambil merokok. Sedikit
anggukan dia tunjukkan padanya. Sebuah tanda sapaan tak formal untuknya.
Cowok itu membuang putung rokok terakhinya. Dia mencium
cowok itu, sebuah tanda sayang baginya, tapi entah untuk sang cowok. Dengan
segera mereka menaiki sepedah motor itu. Dia melingkarkan tangannya keperut
cowok itu. Begitu mesra tampaknya, mesin motor itu dinyalakan dan mereka
meninggalkan kampung itu.
∆∆∆
Di sebuah gang remang, yang dapat dikatakan cukup atao
sangat kumuh mereka berhenti. Dia turun dari sepedah motor itu. Sang kekasi ber
say good bay padanya. Dia sekarang
berjalan sendiri, diantara gang yang gelap. Sebuah gang yang tampa penerangan.
Dia sudah hapal dengan gang ini, semua tentang gang ini. Dimulai gang untuk bersembunyi untuk lari dari
ke jaran satpol PP. ato bermesraan dengan pangeran truk pasir dan yang pasti
masih banyak yang lain soal gang ini.
Dia berjalan menuju sebuah rumah yang terletak di ujung gang
remang ini. Sebuah rumah yang didalamnya menyimpan kedamaian baginya. Disana
mereka sama, tak ada yang lebih. Mereka sama manusia stengah dewa. Disana dia
mendapat uang, kebahagiaan, dan keluarga. Rumah ini tak perna sepi dengan suara
cekikikan aneh yang terbuat dari kontaminasi suara cowok yang bertrasformasi
menjadi cewek. Jalannya kini mulai pelan namun pasti, sebuah pintu di ujung
gang itu. Pintu rumah itu tak terkunci. Didalamnya, sebuah ruangan dengan pencahayaan bola lampu 5 watt yang
sanggat remang.
Semua mata tertuju padanya. Mereka semua sama dengannya,
manusia stengah dewa. Bedak mereka tebal, rambut pasangan yang begitu indah.
Dan satu hal lagi parfum yang sungguh tak karuan baunya untuk dicium manusia
biasa.
Malam semakin larut, jam dinding ruangangan itu menunjukkan
pukul sepuluh malam. Dua orang cowok membuka pintu remang itu. Begitu mereka berjubal
menuju cowok itu. Manusia stengah dewa mulai mengeluarkan kesaktian mereka
untuk menarik perhatian sang pangeran. Seorang pangeran yang turun dari truk
pasir. Mereka bertingkah semanja mungkin agar malam ini terpilih.
Mereka menawar, dan akhirnya membeli. Mereka membeli salah
satu dari manusia setengah dewa itu. Terlihat begitu senangnya dia yang
terpilih di antara manusia-manusia stengah dewa itu.
Malam semakin larut, kiranya malam ini begitu sepi. Pintu
terbuka kasar, satpol PP mengadakan razia. Mereka buyar bagai laron yang
berterbangan entah kemana. Mereka berteriak, mereka menaiki meja. Mereka belari
meninggalkan rumah itu. Berlari secepat mungkin, berlari meninggalkan gang itu .
Berlari dan berlari, satu harapan mereka tak tertangkap. Jerit meronta yang
tertangkap terdengar. Tapi mereka yang dapat berlari, mereka hanya akan terus
berlari.
Dia terjebak, PP sialan itu terus memojokkannya. Dia menyopot
hight hillsnya, dia memanjat pohon. Dan berharap PP itu tak melihatnya. PP itu
masi mencarinya, entah kenapa PP itu berhenti dibawa pohon tempatnya
bersembunyi. Mungkin sial tak dapat dia tolak. Gatal-gatal semut merayap diseluru
tubuhnya. Dia beteriak dan melepaskan pegannnya pada batang pohon.
Dia melompat dan tepat menindihi sang PP yang mengejarnya.
Sang PP berusaha bagun, namun manusia stenga dewa ini masi saja menindihinya.
Dan dengan berusaha sekuat tenaga, dengan menarik roknya yang sudah pendek
semakin tinggi saja. Dia berlari, PP yang tadi mengejarnya hanya bisa berteriak
dan mengumpatnya. Punggung PP itu rasanya mau patah tertindih sang manusia stengah
dewa.
Lepas dari kejadian mengerikan itu, di ujung jalan dia sudah
di tunggu sang kekasi yang menunggu bayarannya. Sebuah upah dari mau menjadi
kekasi sang manusia stengah dewa. Begitu sial mungkin malam ini. Sang pacar
marah padanya karna tak mendapat sepeser pun uang darinya.
Matanya sembab, pipinya merah tertampar oleh tangan sang
pacar. Walau demikian dia tetap setia padanya. Tangannya masi melingkar dengan
erat pada pinggan sang pacar. Seng pacar berusaha melepaskannya, hingga sang
manusia stenga dewa berjanji menberinya uang.
Malam pun berakhir, dia kembali pada kampungnya. Kampung
yang sebentar lagi akan berubah menjadi pasar. Kini jalanya gontai, air mata
mengalir di pipinya. Dia membuka pintu kamarnya, dan membaringkan tubuh
kurusnya dikasur lusuh itu.
Batinya pun menjerit. Tak ada seorang pun yang mau bernasip seperti
dia. Selalu merasa dia adalah seorang wanita, dan selalu berharap ada seorang
lelaki yang tulus mencintainya. Bukan sebuah cinta sebatas berapa uang yang dia
berikan padanya.
Setenga dewa, pernakah kalian membaca tentang dewa-dewa
yunani kuno. Mereka tak berkelamin jelas. Wanita ato pun lelaki, tapi mereka
tetap dipuja dan diagungkan. Dewa tak bisa menentukan dirinya pria ato wanita.
Tapi dia bisa. Dia dewa untuk tetap
hidup, dia dewa untuk segelintir orang, dan dia dewa karna dapat berubah. Tapi
mereka hanya stengah dewa.
by: April
by: April
Komentar
Posting Komentar