Langsung ke konten utama

Cerpen : Kecoak



Aku duduk di tikar tua milik ibu dulu. Aku mebaringkan badanku diatasnya. Dingin mataku memandang lurus dan aku melihat dua ekor kecoak sedang asik berdua-duaan diatas lantai. Gaya mereka, seakan dunia milik mereka berdua. Antena mereka bergerak-gerak, mereka memandangku. Aku dan kedua kecoak itu terdiam. Mereka memandangku awas, aku terdiam melihat sekeliling. Mencari benda yang dapat mengeksekusi mereka berdua. Mataku menangkap sebuah sapu kerik. Itu cukup untuk membunuh mereka. Aku mulai pelan-pelan berdiri, dan mengambil sapu itu. Mereka masi saja diam dan tak bergeming, aku pegang erat-erat sapu itu.
Nafasku tertahan, aku takut hanya gara-gara nafasku mereka kabur. Serangan maut aku tujukan ke mereka. Plek… mereka sekarat, bau tak enak menyeruak kehidung. Aku menjadi pembunuh berdarah dingin. Aku pukul mereka, tapi sayang satu diantar mereka kabur. Aku fikir dia sudah terluka parah, dan seandainya Tuhan masi memberinya kehidupan dia akan cacat. Aku yakin dia akan mengingat kejadian sore ini. Benar-benar diigatnya, kalo dia punya otak untuk mengingatnya. Oke, tinggal satu kecoak lagi, dia tergeletak tak beradaya. Kakinya diatas dia mencoba membalikkan badan.
Aku pukul dia. Plek.. plek… plekkk…… dan dia tewas seketika. Cairan yang memuakkan keluar dari tubuhnya, bau yang membuat orang ingin menutup hidung menjadi pengharum ruanganku sore ini. aku berjongkok melihat apa benar-benar ia sudah tewas. Aku pandang ia, dengan seksama. Antenannya masi bergerak. Plek………… pukulan pamungkas, dia tak bergerak lagi.
Lantai rumah, 12 April 2009
                Lantai rumah- insiden pembunuhan terjadi tadi sore, dengan seorang pembunuh berdarah panas. Panggil saja dia JJ, modus pembunuhannya relative terencana. Sapu lidi yang biasanya dia gunakan untuk menbersihkan rumah beralih fungsi menjadi alat pembunuh. Dia sudah mengintai targetnya sejak, beberapa menit setelah target berjumpa dengannya.
Awalnya mereka bertiga, bercakap-cakap seperti biasa.pandangan mata bertemu pandangan mata. Dua sejoli kecoak itu tidak sadar akan niat JJ terhadap mereka. Mereka dengan asiknya meneruskan acara pacaran sore itu. JJ barjalan meninggalkan mereka dan kembali dengan membawa sapu lidi itu. Secepat kilat dia mukul dua sejoli itu.
Plekkk…. Sang gadis tak dapat bergerak, badannya terbalik. Namun sang pacar dapat menyelamatkan diri. Dia kabur dengan luka yang cukup parah. Sayang sang pacar masi dalam ancaman JJ. Beberapa menit kemudian diketahui sang gadis tewas mengenaskan. Cairan kehidupannya muncrat dan nafas terakhirnya direnggut oleh JJ. sampai saat ini sang pacar masi belum bisa diwawancarai. Luka parah akibat kejadian tadi sore menyebabkannya tidak sadarkan diri. Untuk sementara Modus pembunuhan ini diduga karna adanya dendam keluarga JJ, terhadap kedua sejoli itu. lantaran kedua sejoli itu sering pacaran dengan kelakuan yang tidak senonoh dihadapan keluarga JJ. Sampai saat ini Kepolisian resot Lantai masi belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut akan kejadian ini.[kC’]
Ya… itu pasti surat kabar yang akan terbit bila persatuan kecoak punya surat kabar. Aku tak peduli, apa kata surat kabar kecoak itu. Aku hanya menjalankan perintah ibu. Apa bila aku bertemu kecoak, bunuh saja. Itu kata ibu yang terngiang ditelingaku. Perintah ibu setara perintah Tuhan,kau langgar tunggu hukumnanya. Kasih sayang ibu seperti kasih sayang Tuhan . Kadang kita jengkel pada ibu kita. Dia melarang ini, melang itu. Namun apa yang dia larang pasti benar .  

by: April

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Imtaq dan Iptak

IMTAQ DAN IPTAK Imtaq merupakan singkatan dari iman dan taqwa, sedangkan iptek adalah singkatan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Saya rasa padanan kata ini tidak asing lagi bagi kita. Iman dan taqwa bersumber dari hati sebagai bentuk hubungan positif manusia dengan Tuhannya. ’Imtaq pada diri seseorang menunjuk kepada integritas seseorang kepada Tuhannya Mantan Presiden RI, Bapak B. J. Habibie pernah berkata, “Sumber daya manusia yang mempunyai iman dan taqwa harus serentak menguasai, mendalami, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)," Kemudian beliau melanjutkan, "Seseorang tidak cukup beragama atau berbudaya saja, karena hanya akan menjadi orang yang baik. Sebaliknya, tidak cukup pula seseorang mendalami ilmu pengetahuan saja, karena hanya akan menjadikannya sosok yang menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan," katanya. Ingat bahwa kita adalah mahasiswa. Rangkaian kata yang selalu mengiringi kata mahasiswa adalah “the agent of change”. Kita

Berakhir

Saat aku menulis ini mataku sudah tidak sembab lagi, iya benar. Ini tentang kamu lagi, entah ditulisan keberapa aku mengatakan memang sebaiknya kamu tidak kembali.  Sebulan lalu aku mendengar kalau kamu akhirnya menikah dengan gadis itu, gadis yang membuatku sebenarnya merasa kalah. Benar-benar kalah, karena dia yang pada akhirnya memilikimu.  Dengan banyak drama, dan yaahh. . . aku bukan wanita yang tepat untukmu. Kali ini biarkan saja aku sedikit mengingat hal-hal kecil yang selalu membuatku teringat olehmu.  "Hari ini masak apa ?"  aku selalu merindukan kata-kata seperti ini sepeleh memang, tapi ada hal yang membuatku merasa kalau masakanku yang tidak jelas ada yang menanti.  Apa kamu ingat kotak tempat makan ungu yang aku isi bekal waktu itu. Aku ingat saat itu masih pagi, dan kamu berangkat kerja. Aku mengisi kotak makan itu dengan gorengan bandeng yang sudah keras. Entah apa yang aku pikirkan saat itu.  Atau, saat aku jatuh dan kamu mengobatiku sambil berjongkok. Aku me

Cerpen : Dibalik senja

Dibalik senja, matahari menguning bagai buah jeruk polen yang masak. Rasanya asam manis, namun sepertinya sore yang serasa asam manis hanya untuk dinikmati beberapa ekor orang saja. Menghela nafas, dengan memandang kearah matahari sore membuatku menjadi teringan Aini. Mungkin sekarang dia sudah berumur lima tahun. Aini bukan siapa-siapaku, saudara, kerabat atau tetangga saja bukan. Tapi yang ada satu hal yang membuatku teringat akan dia. Dia masi dapat bernafas,tersenyum dan tertawa hingga sekarang. 24 september 2006                 Seorang anak kecil berlari dan menabrakku. Es krim yang dibawanya tumpah mengenai celana jinsku. Seorang ibu muda berlari menghampiriku. Aku hanya tersenyum sekejap. Rasa dongkol dihati masi berkecambuk. “dasar anak kecil gak’ tau aturan” ungkakapku dihati.                 Wanita itu menggandeng  anaknya. Dia memberikan tisu padaku untuk membersikan celana. Dia minta maaf atas kesalahan anaknya. Kita duduk di bangku taman, dan aku membersikan